Namun hal ini tidak berlaku untuk serial Contra. Pada era 8-bit dan 16-bit, serial run and gun ini pun tak luput dari sensor. Yaitu di benua Eropa dan Australia. Pasalnya, kedua benua ini melarang setiap penggambaran perang yang melibatkan manusia. Karenanya, Konami selaku developer pun mencari cara agar serial ini dapat menembus Eropa dan Australia. Mereka lantas mengganti karakter-karakter manusia dalam game dengan robot. Maka terbitlah Probotector, versi Contra yang diperuntukkan benua Eropa dan Australia. Jadi gamer Eropa dan Australia tidak mengenal istilah Contra, mereka mengenal istilah Probotector.
Memang, penggantian karakter dan judul membuat Contra versi Eropa dan Australia ini tampil berbeda dengan Contra yang rilis di Amerika. Nyatanya, penggantian konsep ini tak membuat gamer kecewa. Bahkan sebagoan besar gamer menilai Contra dengan jagoan robot lebih keren dibandingkan Contra dengan pejuang manusia. Dan memang, Konami tak mengecewakan dengan siasatnya menghadapi sensor ini. Robot pengganti Bill Rizer dan Lance Bean kelihatan keren!
Judul Probotector sendiri merupakan penggabungan antara Protector dengan Robot. Terdengar keren. Judul ini digunakan untuk semua game Contra di era 8-bit dan 16-bit. Salah satunya Probotector II: Return of the Evil Forces, yang merupakan versi robot dari Super Contra/Super C, sekuel Contra pertama. Judul ini cukup menarik perhatianku karena embel-embel atau sub judulnya yang keren “Return of the Evil Forces”.
Gameplay Probotector II yang rilis di NES masih sama dengan seri pertamanya. Run and gun, melawan pasukan alien. Bedanya, seri kedua lebih berwarna. Setiap stage, yang kini disebut Area, tampil dengan latar belakang baru. Stage dengan sudut pandang bahu di seri pertamanya, kini berganti dengan stage dengan sudut pandang mata burung atau bird-view pada area 2 dan area 6, seakan ‘3 dimensi’. Setiap area pun kini punya rintangan-rintangan baru yang menantang. Misalnya tanah yang longsor, lift yang bergerak naik, mulut-mulut raksasa yang tiba-tiba muncul di lantai, tumpukan tengkorak, hingga atap yang tiba-tiba runtuh.
Boss-boss yang menanti di penghujung area pun lebih sangar dan atraktif, bervariasi. Empat boss pertama berupa mesin, sementara empat boss berikutnya berupa alien being. Empat boss alien being ini seakan memulai era boss-boss sangar dari serial Contra, yang pada berikutnya bakal muncul kembali judul-judul game berikutnya. Di antaranya Jagger Froid yang fenomenal. Prajurit musuh juga lebih beragam, salah satunya xenomorph alien yang berlarian di area terakhir.
Meski dihiasi berbagai bentuk rintangan, banyak yang bilang tingkat kesulitan Probotector II menurun dibandingkan seri pertamanya. Memang sih bila dibandingkan dengan Probotector, seri kedua ini lebih mudah. Tapi menurutku, tingkat kesulitan ini terbilang wajar dan relatif stabil. Menurutku, masih dalam skala game Contra yang terkenal susah. Mungkin tingkat kesulitan di game ini yang membuat Konami menambahkan opsi tiga tingkatan kesulitan pada seri berikutnya, Super Probotector: Alien Rebels atau versi aslinya, Contra III: The Alien Wars.
Kualitas gambarnya terbilang lebih baik dari seri pertamanya. Sementara musiknya masih dengan irama menghentak yang mendukung permainan. Sama seperti Probotector, musiknya juga begitu memorable, tak kalah dengan yang pertama. Misalnya di awal area 1, musiknya langsung menghentak dan menyesuaikan ritme permainan. Perpaduan yang sempurna, ketika karakter kita turun dari helikopter disambut halilintar. Selain itu, kini setiap boss memiliki musik latarnya sendiri. Sehingga setiap akan berhadapan melawan boss, musiknya akan berubah lebih menegangkan.
Secara pribadi, Probotector II memiliki kesan tersendiri bagiku. Saat masih sekolah dulu, aku memainkan game ini berkali-kali bersama temanku. Bukan Probotector II sih, tapi versi aslinya, Super C. Tapi ya sama saja. Dulu aku sangat terobsesi dengan game ini. Menurutku semua areanya menarik untuk dimainkan. Aku ingat menemukan glitch pada boss di area terakhir, di mana kita bisa melayang di udara setelah boss berwajah perempuan terkalahkan.
Overall, Probotector II menawarkan permainan yang menantang. Meskipun tidak memiliki jalinan cerita yang tersirat sepanjang permainan. Karena menurutku sebuah game mesti didukung unsur cerita, walaupun cuma sepotong prolog atau epilog. Hal inilah yang tidak dimiliki Probotector II. Meskipun manual game ini menyebut bahwa pasukan Alien kembali datang ke bumi mengambil alih reruntuhan markas di Amerika Selatan, dan mengendalikan tentara perdamaian. Sehingga, dua unit robot tempur terbaik, Probotector unit RD008 dan RC011 dikirimkan untuk mengalahkan pasukan Alien tersebut.
Well, sebenarnya aku tidak berniat mengulas game ini yang merupakan bentuk lain Super C. Pasalnya aku pernah mengulas Contra III. Tapi karena konsepnya yang berbeda, menghadirkan robot dan memiliki judul berbeda, rasanya aku perlu menulis ulasannya. Apalagi Super C memiliki kesan tersendiri di masa kecilku dan memang menarik untuk dimainkan. (luk)